Tokoh Tanpa Nama (1)




Aku tersenyum membuka album foto lama. Gadis berwajah bulat dengan perawakan mungil tergambar di atas kertas premium matte paper berukuran 10 x 15 cm. Ia berdiri di tengah hamparan luas gelora olahraga universitas. Mengenakan topi yang senada dengan warna jas, gadis itu tampak sumringah memandang kamera yang ukurannya 2 mega pixel. Ah tidak, mungkin 4 atau bahkan 5.

Area gelora olahraga itu hampir seluruhnya berwarna menyala serupa kunyit tua. Di sana, Nampak seorang laki-laki berdiri di atas panggung kecil lengkap dengan toak di tangannya. Kalau tidak salah ia preiden BEM yang tengah berorasi.

”Cie-cie, sedang memandang foto siapa nih?” tanya Sinta yang diam-diam menyelinap ke kamarku.

“Bukan siapa-siapa.” Jawabku seadanya.

Sinta adalah teman satu kosan yang kukenal sejak masa orientasi mahasiswa baru. Berangkat dari satu kabupaten yang sama membuat kami seolah sudah dekat sejak lama. Ditambah lagi, entah kebetulan macam apa, kami disatukan dalam kelompok kegiatan pengenalan yang diadakan BEM kampusku itu.

Penjajahan, kata paling popular di kalangan mayoritas mahasiswa menggambarkan kegitan berlabel “wajib” itu. Mengapa? Diharuskan berangkat sebelum subuh dengan seabrak syarat dan barang bawaan sudah pasti sangat mengesalkan. Bukan hanya harus ke sana ke mari mencari perlengkapan, para mahasiswa baru seperti kami dipusingkan dengan teka-teki yang menguras energi. Terlebih untuk mahasiswa pendatang macam aku dan Sinta ini.

Tapi aku tetaplah aku. Aku selalu tak suka rata-rata. Sama halnya dengan kasus ini, saat rata-rata temanku menganggap kegiatan ini sebagai penyiksaan, aku  tetap menganggapnya sebagai suatu keasyikan.Aku tak peduli pada kakak senior yang berteriang dengan mata melotot-lotot di depan muka. Toh, semuanya pasti sandiwara. Kisah penjajahan itu hanya skenario yang tak lebih dari sutradara, inti cerita, latar, dan tokoh-tokohnya.

Bicara soal tokoh-tokohnya, aku ingat betul bahwa sandiwara mengasyikan itu tak lain diperankan oleh kakak tingkatku. Berasal dari dua belas fakultas dengan berbagai macam disiplin ilmu membuat setiap tokoh menampilkan karakteristik yang berbeda. Dan seperti kubilang sebelumnya, aku yang tak suka rata-rata tertarik dengan satu karakter yang tak biasa. Tokoh unik itu adalah dia, seorang kakak yang menarik perhatianku pada suatu hari selepas isya.

Bersambung...:))



0 Response to "Tokoh Tanpa Nama (1)"